banyurip
09.03 | Author: Desa Wisata Ngandong

Tradisi nyadran yang terakhir atau sebagai penutup adalah nyadran di Banyu Urip. Pelaksanaanya berselang tiga minggu setelah nyadran di Sumur Blumbang, yaitu pada hari Senin Kliwon. Nyadran ini dimulai pada siang harinya di situs Banyu Urip.Uniknya situs ini secara administratif berada di wilayah Gunung Kidul namun perayaannya justru “mempertemukan” warga Desa Ngandong (khususnya warga Dusun Banyu Urip) dengan warga di sekitar Gunung Kidul (Desa Serut).

Menariknya, nyadran di Banyu Urip ini, pengunjung sadranan disuguhi pertunjukan kesenian jathilan atau reog kecil. Kesenian tersebut menjadi salah satu bagian dari acara. Pada siang harinya, acara sadranan dimulai dengan suguhan kesenian jathilan. Pertunjukan tersebut berlangsung beberapa jam hingga ditutup dengan doa yang dibacakan oleh modin.

Nyadran penutup ini ternyata tidak berhenti pada acara siang-sore saja. Namun ternyata malam harinya, yaitu malam Selasa Kliwon masih tedapat rangkaian acara nyadran dengan digelarnya pertunjukan jathilan dan tayub. Pada pertunjukan tayub di Banyu Urip, prosesinya mirip dengan acara tayub di Sumur Blumbang (Dusun Ngorean).

Tujuan diadakan acara sadranan di Sendang Banyu Urip adalah bersyukur kepada Tuhan atas limpah rejeki-Nya. Selain itu juga digunakan sebagai sarana penghormatan kepada Ki Ageng Giring atas jasanya “menemukan” Sendang Banyu Urip yang pada masa itu digunakan untuk mengairi lahan pertanian di sekitar sendang dan di Desa Ngandong.

|
This entry was posted on 09.03 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

2 komentar:

On 15 Juni 2010 pukul 00.25 , putra desa mengatakan...

selamat untuk desa ngandong, semoga dimasa depan lebih makmur lagi....amin

 
On 26 November 2010 pukul 13.03 , Anonim mengatakan...

semoga kebudayaan seperti ini tetap lestari

 

slide desa wisata